Maraknya kini industry idol korea yang merajalela dengan menawarkan visual yang sangat memukau dengan postur tubuh proposional, badan yang ramping dan kulit putih bersih. Kini visual tersebut tidak hanya menjadi tren tetapi telah menjadi kiblat kecantikan yang diagung-agungkan masyarakat Indonesia baik pria maupun wanita.
Konsep kecantikan ideal sendiri adalah hasil interaksi budaya, norma sosial, dan pengaruh tren global. Di Indonesia, pandangan mengenai kecantikan telah banyak mengalami perubahan dari masa ke masa. Artikel ini akan menggali evolusi tentang perubahan persepsi dan nilai-nilai kecantikan ideal Indonesia.
Menghilangnya Identitas kecantikan Indonesia
Kepuasan terhadap penampilan fisik dapat menimbulkan sikap yang positif yang diekspresikan dalam bentuk rasa kepercayaan diri, keyakinan diri, dan konsep diri yang sehat (Hurlock 1997). Germaine Greer (1999) seperti dikutip dalam (David Gauntlett, 2008) menyatakan bahwa wanita terjangkiti dengan kebutuhan untuk memenuhi gambaran tertentu tentang kecantikan.
Kecantikan yang ideal seringkali memberi tekanan pada wanita, yang kemudian akan menimbulkan obsesi untuk mencapai gambaran ideal tentang menjadi cantik. Hal ini juga berlaku tidak hanya bagi wanita tetapi juga bagi pria. Greer menyebutkan bahwa hal tersebut merupakan dampak budaya yang menekan setiap orang saat ini. Ditambah dengan munculnya berbagai macam produk dan perawatan kecantikan yang seolah memfasilitasi keinginan tersebut, seperti saat ini, maraknya produk dan klinik kecantikan yang mengiklankan pemutih kulit yang instan.
Pemandangan ini menjadi sangat miris jika terus dibiarkan, Indonesia semakin lama semakin kehilangan identitas kecantikannya. Dengan berbagai macam warna kulit yang indah dimiliki oleh Masyarakat Indonesia yang seharusnya menjadikannya keindahan tersendiri yang kita miliki. Berikut ini adalah hal-hal yang mempengaruhi hilangnya kecantikan ideal indonesia,
1. Perubahan paradigma
Konsep dari kecantikan sendiri terbagi menjadi dua paradigma, yaitu paradigma tradisional dan paradigma modern. Paradigma tradisional melihat kecantikan dalam setiap budaya atau daerah memiliki kriterianya masing-masing, yang telah terbentuk secara turun temurun dan masih disertai nilai-nilai leluhur. Sedangkan paradigma modern melihat kecantikan berdasarkan aspek-aspek tertentu. Meskipun begitu definisi kecantikan memang berubah-ubah dari masa ke masa.
2. Hallyu wave (Gelombang Korea)
Hallyu wave atau Korean wave adalah istilah yang merujuk pada gelombang popularitas budaya korea di seluruh dunia. Istilah ini awalnya digunakan untuk menggambarkan fenomena globalisasi budaya korea, terutama melalui industri hiburan seperti film, music, drama, makanan dan mode. Dalam beberapa dekade terakhir, hallyu wave telah memiliki dampak yang signifikan di banyak negara, termasuk Indonesia. Seiring dengan maraknya glombang korea yang semakin diterima public Indonesia, kini kiblat standar kecantikan juga ikut bergeser.
Banyaknya produk-produk kecantikan seperti kosmetik, fesion, dan perawatan tubuh yang sudah dengan mudah kita jumpai di sekitar kita. Dengan gambaran kecantikan ini pada akhirnya seperti yang telah dituliskan oleh Dvid Gauntlett, para wanita Indonesia rela menghabiskan banyak uang demi membeli beragam produk kecantikan agar semakin dekat dengan gambaran kecantikan ideal korea.
3. Kesadaran Palsu yang Dibuat Media Maupun Industri Kecantikan
Dengan meradangnya standar kecantikan ala korea tentu ini menjadi peluang bisnis yang menjanjikan untuk industri kecantikan. Menarik konsumen dengan iklan yang menampilkan visual yang sedang di agung-agungkan. Periklanan sendiri merupakan sebuah bentuk komunikasi yang kompleks yang beroperasi untuk mengejar tujuan dan menggunakan strategi untuk mempengaruhi pikiran, perasaan, dan tindakan konsumen. Periklanan termasuk dalam komunikasi pemasaran, yang merupakan istilah umum yang mengacu kepada semua bentuk teknik komunikasi yang digunakan pemasar untuk menjangkau konsumennya dan menyampaikan pesannya (Moriarty et al., 2011).
Disinilah peran media massa dan periklanan berperan penting dalam menyebabkan suatu gagasan yang mengiring Masyarakat dalam memiliki pemikiran tertentu. Hal ini dikemukakan oleh Karl Marx sebagai suatu bentuk kesadaran palsu, di mana kelas yang berkuasa mempropagandakan sebuah ideologi yang membenarkan statusnya dan membuatnya sulit bagi Masyarakat umum untuk menyadari bahwa dirinya sedang dieksploitasi dan dijadikan korban. (Berger,2005).
4. Menyelaraskan Tradisi Lokal Dengan Tren Global
Tidak hanya terbentuk oleh peran media dan masa tetapi masyarakat juga turut andil ahli dalam membentuk kriteria-kriteria dan standar kecantikan yang terjadi. Maraknya budaya asing yang masuk ke indonesia membuat identitas dari kecantikan Indonesia itu sendiri tergeser, hingga berdampak pada kesamaan standar kecantikan Masyarakat Indonesia. Kita sebagai bangsa Indonesia memiliki identitas yang sangat unik dengan beraneka ragam suku, budaya, Bahasa dan keindahan yang kita miliki. Tetapi kini justru standar kecantikan menjadi sebuah hegemoni yang mengikat Masyarakat.
Hal ini menimbulkan coloris, yakni sebuah diskriminasi warna kulit, dimana memberikan hak istimewa bagi mereka yang warna kulit yang lebih terang daripada mereka yang memiliki warna kulit yang lebih gelap dalam suatu kelompok. Mirisnya ini telah terjadi pada Masyarakat kita, masyarakat yang menjadikanya unik karena beragam warna kulit yang indah dan eksotis.
Mengembalikan Kembali Kecantikan Ideal Indonesia
Dengan banyaknya perubahan dalam tren dan kiblat kecantikan yang telah disajikan selama ini membuat identitas asli kita menjadi kalah saing dan tersingkir seiring berjalanya waktu. Penting bagi kita untuk merenungkan dan mengembalikan kecantikan ideal Indonesia ke akar budaya yang kaya dan unik sebagai identitas yang tidak bisa dipisahkan dari Indonesia dengan segala macam kemewahan akan ragam kecantikanya. Ayo kita kembalikan lagi kecantikan dan identitas ideal kita, dengan bermacam cara yang dapat kita lakukan sebagai berikut ini,
1. Mengenal Nilai Budaya Lokal
Indonesia memiliki warisan budaya yang kaya dan beragam. Sebagai Masyarakat yang memiliki beragam genetic suku dan etnis, pandangan akan kecantikan pun bervariasi. Menjaga kecantikan ideal Indonesia berarti mengakui dan menghormati beragam nilai dan norma yang ada dalam budaya lokal.
2. Melepaskan Dari Standar Kecantikan Global
Gelombang tren kecantikan sering kali dipengaruhi oleh standar global yang mungkin tidak selalu sesuai dengan ciri khas fisik dan budaya Indonesia. Melepaskan pandangan pada standar ini adalah Langkah pertama untuk mengembalikan kecantikan ideal ke dalam standar yang lebih lokal dan autentik.
3. Menghargai Ragam Bentuk dan Warna Tubuh
Indonesia memiliki beragam warna dan bentuk tubuh. Menghargai raga mini adalah Langkah penting dalam merayakan kecantikan ideal Indonesia. Tidak ada satu ukuran maupun warna tubuh yang lebih baik dari yang lain, karena setiap bentuk dan warna tubuh memiliki keindah dan nilainya sendiri.
4. Memahami tradisi perawatan dan produk lokal
Indonesia memiliki tradisi perawatan kulit alami yang unik, seperti penggunaan ramuan herbal dan bahan bahan alami untuk merawat kulit. Bahan bahan ini juga sering kita jumpai dalam produk-produk lokal yang beredar. Banyak juga produk-produk lokal yang tidak kalah saing kualitasnya dengan brand import korea. Seperti produk-produk dari Beauty of Angel, salah satu brand lokal yang tidak kalah bagus dibandingkan produk impor lain, https://beautyofangel.co.id/ web yang sudah pasti terpercaya untuk membeli produk-produk lokal dari BOA.
Simpulan
Memang, dengan tren dan visual yang selalu kita lihat dilayar kaca maupun yang diakui masyarakat, menjadi sangat memukau dan membuat kita terpacu untuk memiliki standar yang sama, akan tetapi hal itu pula yang menjadi bumerang bagi kita. Lambat laun kita menjadi kehilangan identitas akan kecantikan ideal bangsa kita yang unik dan beragam. Mengembalikan kecantikan ideal Indonesia keakar budayanya adalah langkah penting dalam menghargai keunikan dan keragaman yang dimiliki Masyarakat Indonesia. Dengan melepaskan diri dari tren serta standar luar dan menghormati tradisi budaya lokal, kita dapat merayakan kecantikan alami yang menggambarkan identitas bangsa dan Masyarakat Indonesia.
